Jurnalistonline.com, Jakarta - Meningkatnya epidemi HIV-AIDS di DKI Jakarta memerlukan upaya penanggulangan yang komprehensif, salah satunya adalah unsur pengobatan. Sehingga, orang dengan HIV (ODHIV) memerlukan unsur pengobatan yang bernama Antiretroviral (ARV).
ARV ini merupakan kebutuhan mutlak suksesnya pengobatan HIV-AIDS, dan ketersediaan, serta kemudahan akses ARV menjadi bagian unsur penting dalam penanggulangan yang komprehensif.
Guna menindak lanjuti hal tersebut, maka Yayasan Pesona Jakarta melalui program CSS-HR melakukan kegiatan 'District Level Workshop to Increase Awareness of Client Centered Approach for Health Care Provider'.
Adapun, pertemuan koordinasi berlangsung di lantai 3 aula Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, tepatnya di Jalan Papanggo 2 B No.69 RT.6/RW.3, Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kemudian kegiatan tersebut tampak dihadiri Suwito (Vito) selaku Advokasi Officer Yayasan Pesona Jakarta, Dede Ajit Paralegal Yayasan Pesona Jakarta, Yuli.R CBMFO, Panca.W Program Manager, Mia Sudinkes Jakarta Utara, Haerunisa RSUD Koja, perwakilan Puskesmas se-Kecamatan Jakarta Utara, perwakilan yayasan se-Jakarta Utara, Forum LSM Jakarta Utara, dan KDS NPOSE3, serta MIOI Jakarta Utara.
Dede Ajit selaku Paralegal Yayasan Pesona Jakarta menyampaikan, tujuan digelarnya pertemuan koordinasi tersebut memang menjadi keinginan Yayasan Pesona Jakarta untuk melibatkan banyak komunitas, organisasi masyarakat sipil, pemerintah, hingga NGO dalam melakukan pengendalian dan pencegahan penyakit menular TBC dan HIV.
Hal tersebut, ia katakan, lantaran Kota Jakarta ini beririsan dengan HIV maka pada pertemuan itu pun kami meminta saran dan masukan kepada para undangan terkait Issu dan kendala penerapan PBKI pada komunitas, organisasi dalam layanan kesehatan.
"Sehingga kedepannya bisa berkolaborasi dalam melakukan pengendalian dan pencegahan HIV maupun TBC. Karena dari data bahwa pasien HIV akan diperiksakan untuk TB dan pasien TB itu akan diperiksakan ke HIV karena memang ada hubungan yang erat antara HIV dengan TB," ujar Dede Ajit saat dilokasi, Selasa 14 September 2022, pagi.
Dalam pertemuan tersebut, Suwito yang kerap disapa Vito juga memberikan masukan kepada Pemerintah melalui Dinas Kesehatan untuk meningkatkan pelayanan penyakit menular HIV dan TBC.
Bahkan, kata Vito, kegiatan ini sudah berlangsung selama dua kali pertemuan.
"Melalui pertemuan koordinasi ini, dimana NGO, komunitas dan layanan kesehatan saling bekerjasama dalam pemenuhan kebutuhan baik dari segi kebutuhan komunitas di layanan kesehatan maupun sebaliknya agar saling berkesinambungan. Tentunya, kita mengharapkan pelayanan kepada orang-orang atau ODHIV harus mendapatkan pelayanan yang berkualitas, dan unsur pengobatan ARV, itu yang kita inginkan kedepannya," ungkap Vito
Maka kata dia, ARV ini berguna untuk menurunkan jumlah virus di dalam tubuh sehingga tidak berkembang menjadi stadium AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). ODHIV memerlukan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dengan segala komplikasinya.
"Pengobatan dengan ARV memang belum mampu menyembuhkan HIV secara menyeluruh. Bahkan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat. Akan tetapi, pengobatan dengan ARV telah menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup, dan meningkatkan harapan hidup masyarakat. Peningkatan jumlah kasus HIV-AIDS berimplikasi pada peningkatan jumalah permintaan obat ARV," jelasnya.
Vito pun menambahkan bahwa kurangnya stock logistik kondom dan pelicin yang menjadi kendala dalam layanan kesehatan, karena pendistribusian nya tidak sebanyak dulu dan telah dibatasi.
"Soalnya, kondom dan pelicin sebagai alat pencegahan HIV-Aids dan penyakit kelamin itu sebagai hal yang terpenting dalam komunitas tersebut," sebutnya.
Kendati demikian, Shem selaku Ketua Team Elang Hitam Komunitas Jurnalis Independen (KJI) mendukung adanya program yang diadakan oleh pihak Yayasan Pesona Jakarta untuk mensosialisasikan tentang penyakit HIV-Aids.
"Saya Shem Ketua KJI mendukung penuh program yang dilakukan Yayasan Pesona Jakarta, dan bagaimana cara pencegahannya dalam pengobatan serta dapat memberikan edukasi terhadap masyarakat. Bahwa penyakit HIV-Aids itu tidak mudah menular hanya karena berdekatan," tukas Shem kepada wartawan.